Pendaki Meninggal Saat Kebakaran Gunung Lawu (2015)

Peraturan dibuat dengan tujuan untuk kebaikan bersama, hanya saja ego dan kepentingan membuat kita kadang melanggarnya.

Minggu, 18 Oktober 2015 sebanyak tujuh orang pendaki meninggal karena terjebak kebakaran di jalur Cemoro Sewu antara Pos 3 dan Pos 4. Korban meninggal dan luka-luka naik tidak melalui jalur Cemoro Sewu, karena jalur ditutup sejak 16 Oktober 2015 karena kondisi hutan disekitar jalur sedang rawan kebakaran. Beberapa pendaki yang naik lewat jalur Cemoro Kandang pun sudah diigingatkan untuk tidak turun melalui jalur Cemoro Sewu, tapi takdir berkata lain.

Kejadian berawal dari terbakarnya hutan di sekitar Pos 3 jalur Cemoro Sewu pada hari Minggu sekitar jam 8 pagi yang diduga disebabkan karena api unggun / perapian yang dibuat oleh pendaki belum padam sepenuhnya. Pukul 9.30 pagi, tim gabungan dari Perhutani, Koramil Plaosan dan warga menuju ke lokasi untuk melakukan pemadaman.Dalam perjalanan menuju lokasi, sekitar pukul 13.40 tim gabungan bertemu dengan Mansur Salim (46) pendaki dari Semarang yang sudah menolong Dita Kurniawan (18) dari Magetan. Dita adalah salah satu pendaki yang menjadi korban terjebak kebakaran. Menurut Dita, pagi itu dia turun dari puncak Gunung Lawu via jalur Cemoro Sewu bersama teman-temannya, tiba-tiba di depan ada asap. Tanpa mempertimbangkan apa yang ada di depan, Dita dan teman-temannya menerobos kepulan asap. Tiba-tiba mereka sudah terjebak di sekitar kobaran api dan ilalang yang terbakar beterbangan ditiup angin yang berhembus kencang. Dita dan teman-temannya panik, ada yang terjun ke jurang atau naik ke arah puncak dan turun lewat jalur Cemoro Kandang.

Tim gabungan yang terdiri dari Perhutani, BPBD, Koramil, AGL dan warga sekitar Cemoro Sewu melakukan penyisiran setelah ada kabar beberapa pendaki masih terjebak di sekitar area kebakaran. Penyisiran hari itu menemukan beberapa korban meninggal dan kritis. Operasi pencarian korban dan evakuasi dilanjutkan Senin, 19 Oktober 2019.

Sampai operasi ditutup, korban meninggal dunia tercacat 7 orang, 4 orang berasal dari Ngawi, 1 orang dari jakarta dan 2 belum diketahui asalnya. Selain korban meninggal, juga ada 2 korban yang mengalami kritis karena luka bakar. Bebarapa korban dari Ngawi memiliki hubungan saudara. Salah satu korban kritis a/n Novi Dwi (14) asal Ngawi meninggal sekitar sebulan kemudian, setelah melalui beberapa proses operasi. Total korban meninggal atas insiden ini ada delapan orang.

Banyak pelajaran penting yang bisa diambil dari kejadian ini. Jangan menyalakan perapian / api unggun di gunung pada musim kemarau, mematuhi arahan dari petugas pintu masuk pendakian, juga pengetahuan tentang apa yang harus dilakukan ketika terjebak kebakaran di gunung. Ketika terjebak di area yang terbakar di gunung, berjalan ke arah atas atau naik lagi lebih menyelamatkan, karena semakin keatas vegetasi gunung semakin renggang, segera cari tanah lapang dan menunggu tim SAR gabungan untuk panduan evakuasi. Semoga tidak terulang lagi, amin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar