Bertahan Hidup Saat Tersesat di Gunung

Jika pada tulisan sebelumnya sudah dishare tentang bagaimana agar tidak tersesat di gunung atau mengurangi resiko yang lebih fatal ketika kita merasa tersesat, tulisan ini akan membahas apa saja  yang harus dilakukan ketika tersesat di gunung.

Positive Mental Attitude
Berdoa. Walaupun dalam keadaan tersesat di gunung kita harus tetap mempertahankan positive mental attitude. Disadari atau tidak, doa bisa memberi kekuatan dan harapan kepada kita untuk tetap bertahan dan berusaha.

Berbaik sangka. Berbaik sangka kalau kita akan selamat adalah penting, karena itu mempengaruhi semangat dan usaha kita untuk tetap bertahan hidup ketika tersesat di gunung, sampai kita ditemukan atau sampai kita bisa pulang dengan selamat.

STOP
Sit. Ketika sadar sudah tersesat kita harus segera berhenti untuk menenangkan diri. Kita bisa melakukan apapun, duduk, makan, dan lain-lain. Tujuan kita berhenti dan melakukan aktifitas apapun (asal tidak melanjutkan perjalanan) adalah mengurangi kepanikan, karena ketika kita berjalan dalam kondisi panik kita tidak bisa berfikir dengan jernih dan bisa membuat kita tersesat lebih jauh lagi.

Think. Setelah tenang, mulailah berfikir kenapa bisa bisa sampai disitu dan mencari tanda-tanda yang dapat menjadi patokan untuk kembali ke jalur. Ingat, jangan meneruskan perjalanan sampai mendapat alasan tepat kenapa kita harus meneruskan perjalanan.

Observe. Hitunglah persediaan logistik dan air yang kita bawa (bisa bertahan sampai berapa hari), cari arah mata angin, buka peta kompas dan GPS, cek ponsel apakah ada sinyal GSM untuk memberitahu orang-orang kalau kita tersesat di gunung, mencari tempat untuk membuat shelter kalau-kalau harus menginap, dan tetap diskusikan semua dengan teman satu tim (jika melakukan perjalanan dalam grup).

Plan. Setelah berfikir (think) dan dan mengobservasi apapun yang dibutuhkan, buatlah rencana apa yang harus dilakukan untuk bisa kembali ke jalur atau untuk memberi tahu orang-orang kalau kita tersesat di gunung dan memberitahu posisi kita. Semua tindakan kita harus dibicarakan dan disepakati anggota tim agar tidak ada perpecahan dan tim tetap solid.


Survival. Sampai kita ketemu jalur yang benar atau sampai ditemukan, kita akan merasakan hal-hal tidak menyenangkan seperti kesepian, takut, haus, lapar, kedinginan, kelelahan, kepanasan, bahkan terluka. Kemungkinan-kemungkinan itu harus sudah disadari dari awal agar kita tetap punya semangat dan usaha untuk bertahan hidup. Lakukan apapun untuk tetap bertahan hidup.

Mencari bantuan. Berilah dengan tanda sebanyak dan sesering mungkin. Cek sinyal ponsel secara berkala. Begitu mendapat sinyal segera hubungi orang-orang kalau kita tersesat di gunung dan keberadaan kita. Selain dengan ponsel kita bisa memberi tanda dengan suara peluit, berteriak, cahaya senter ketika malam hari, pantulan cahaya cermin ketika siang, atau dengan asap. Ketika memberi tanda dengan asap yang perlu diingat adalah menjaga api agar tidak terlalu besar dan tidak meninggalkan api kecuali sudah pasti padam. Jangan sampai kita jadi penyebab kebakaran hutan.

Tetap tinggal. Memutuskan untuk tetap tinggal adalah keputusan yang tepat ketika kita tidak memiliki cukup logistik, peralatan dan kemampuan untuk kembali ke jalur, biar tim pencari yang menemukan kita. Yang perlu dicatat adalah tetap selalu memberi tanda keberadaan kita dan membuat shelter di tempat yang aman dan terlihat, jangan memilih shelter dekat aliran air agar suara sekecil apapun terdengar baik suara kita kepada tim pencari maupun suara tim pencari kepada kita.
  
Meneruskan Perjalanan
Jalan ke atas. Meneruskan perjalanan ketika tersesat di gunung sangat tidak dianjurkan, kecuali kita memiliki cukup logistik, peralatan dan kemampuan untuk kembali ke jalur. Jika kita memutuskan untuk kembali ke jalur, usahakan berjalan kearah atas atau puncak. Banyak yang beranggapan ketika tersesat dengan berjalan kebawah maka kita akan sampai ke desa terdekat, tapi kenyataannya banyak yang tidak sampai dan hanya berputar-putar di tempat yang sama. Berjalan kearah puncak membuat area pencarian kita semakin kecil dan membuat lebih terlihat sehingga lebih mudah ditemukan. Lebih bagus kalau kita bisa mencapai puncak sehingga bisa bertemu orang di sana untuk meminta pertolongan. 

Meninggalkan tanda.  Masih ketika kita memutuskan untuk meneruskan perjalanan, buatlah tanda-tanda sepanjang jalan yang kita lalui. Hal ini bertujuan agar kita bisa segera mengetahui kalau kita kembali ke tempat semula dan hanya berputar-putar ditempat yang sama. Untuk orang atau tim yang pencari pun bisa lebih mudah menemukan keberadaan kita kalau melihat tanda-tanda yang kita tinggalkan, mereka hanya tinggal mengikuti tanda itu. Kita bisa membuat tanda dengan meninggalkan tulisan, mengikat tali (raffia atau sampah plastik) di ranting pohon, menyusun batu dan tanda-tanda lain. Buatlah tanda setampak dan semenyolok mungkin.

Sebagai bahan pembelajaran dan kehati-hatian, kita bisa membaca kisah-kisah pendaki yang tersesat di gunung, baik pendaki yang bisa bertahan dan bisa diselamatkan, tidak ditemukan, maupun pendaki yang ditemukan dalam keadaan meninggal. 


Cerita pendaki tersesat di gunung silakan klik
1. Empat Hari Tersesat di Gunung Rinjani  
2. Pendaki Bule Hilang di Gunung Merbabu
3. Tersesat Lima Hari di Gunung Semeru

Terakhir dan yang paling penting adalah jangan pernah tersesat di gunung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar