Kecelakaan Pendaki Gunung

Kegiatan mendaki gunung yang awalnya diniatkan untuk refreshing, berwisata dan berpetulang tidak jarang berubah menjadi bencana. Banyak kejadian kecelakaan yang dialami pendaki, dari yang akibatnya ringan, fatal bahkan sampai meninggal. Sebagai pendaki tentu kita tidak ingin mengalami kecelakaan selama melakukan aktifitas alam bebas. 
Apa saja kecelakaan yang sering dialami pendaki? berikut jenis-jenisnya:

Hipotermia
Hipotermia adalah jenis kecelakaan yang paling sering dialami pendaki. Definisi sederhana dari hipotermia adalah menurunnya suhu tubuh secara signifikan yang menyebabkan fungsi-fungsi organ tubuh tidak berfungsi dengan baik, hal ini disebabkan selain karena perbedaan ekstrim antara suhu asal tempat tinggal pendaki dan suhu di gunung, pengaruh cuaca, kurang persiapan, bisa juga disebabkan karena kondisi fisik pendaki yang menyebabkan lebih mudah terserang hipotermia.

Baca juga :  Mengenal Hipotermia dan Mencegah dan Menangani Hipotermia
 
Tersesat
Kedua setelah hipothermia, kecelakaan yang paling sering dialami pendaki adalah tersesat. Akibat paling fatal dari tersesat adalah ketika pendaki tidak bisa pulang, tidak ditemukan atau ditemukan dalam kondisi meninggal dunia. Kalau tujuan mendaki itu untuk pulang ke rumah dengan selamat maka jangan sampai tersesat, atau jika terpaksa harus tersesat pelajarilah ilmu agar bisa pulang, ditemukan dan selamat.

Bagaimana agar tidak tersesat? Ini tipsnya Agar Tidak Tersesat Ketika Mendaki. Kita juga harus melengkapi pengetahuan apa saja yang harus dilakukan ketika terpaksa harus tersesat, bisa dibaca disini Yang Harus Dilakukan Ketika Tersesat.

Jatuh
Seperti yang diketahui bahwa gunung memiliki kontur yang tidak rata dengan kemiringan yang bervariasi, bahkan ada yang sampai 90 derajat. Akibat dari jatuh ketika melakukan pendakian pun bisa bermacam, dari yang hanya luka ringan, luka berat, cacat permanen bahkan sampai meninggal dunia.
Kejadian pendaki jatuh yang sering terjadi di gunung adalah jatuh ke jurang yang bisa disebabkan karena disorientasi jalur maupun karena terpeleset, jatuh ke kawah gunung berapi atau jatuh dijalur ketika menuruni gunung. Penyebab kecelakaan ini seringkali karena kecerobohan atau kurang berhati-hati.
Lengkapnya dibahas di tulisan Jangan Jatuh di Gunung.

Kejatuhan Batu
Kalau kita mengikuti berita tentang dunia pendakian di Indonesia pasti pernah mendengar cerita pendaki yang meninggal karena kejatuhan batu ketika berada di jalur pendakian Gunung Semeru, Jawa Timur. Kejadian kecelakaan tertimpa batu memang hanya terjadi di gunung-gunung yang jalur menuju puncaknya berupa bebatuan seperti Gunung Semeru di Jawa Timur, Gunung Slamet di Jawa Tengah atau Gunung Merapi di Jawa Tengah.
Runtuhnya batu atau bebatuan dari atas kadang karena kecerobohan pendaki lain yang posisinya berada di atas kita, artinya walaupun kita sudah berhati-hati hal burukpun bisa saja terjadi sama kita. Menambah kewaspadaan dan melengkapi diri dengan peralatan keselamatan sangat dianjurkan, dalam hal ini kita bisa melengkapi diri dengan safety helmet. 

Sakit
Pernah ada cerita pendaki yang meninggal "tiba-tiba" ketika sedang melakukan aktifitas pendakian di Gunung Sumbing, Jawa Tengah. Menurut teman-temannya kondisi pendaki yang meninggal itu sebelumnya baik-baik saja. Setelah dievakuasi dan dibawa ke rumah sakit ternyata pendaki tersebut meninggal karena serangan jantung.
Kondisi fisik tiap orang berbeda-beda, tergantung kebiasaan, kebugaran, riwayat penyakit dan lain-lain. Fasilitas di gunung atau di alam bebas tentu berbeda dengan fasilitas ketika berada di pemukiman baik perkampungan atau di perkotaan. Ketika mengalami sakit di gunung kita tidak bisa dengan mudah mendapatkan pertolongan kesehatan secepat ketika berada di bawah, untuk itu jangan dipaksakan untuk mendaki jika kondisi kesehatan sedang tidak baik.

Kelelahan
Kelelahan ketika melakukan pendakian bisa disebabkan karena kurangnya persiapan fisik, kekurangan nutrisi, tenaga yang terlalu diforsir, tidak sesuainya tingkat kebugaran dengan tenaga yang dikeluarkan, kurang istirahat dan lain-lain. Kelelahan ketika melakukan aktifitas di alam bebas juga bisa berakibat fatal, dari disorientasi, sakit, bahkan hipotermia.

Untuk mencegah agar tidak mengalami kelelahan ketika mendaki diperlukan persiapan fisik, manajemen waktu dan manajemen logistik yang baik.

Kebakaran
Ketika terjadi kebakaran di gunung, lembaga yang berwenang seperti BKSDA atau Perhutani langsung menginstruksikan untuk menutup ijin pendakian dan bersama tim SAR gabungan mengevakuasi pendaki yang tersisa di atas. Hal ini dilakukan karena kebakaran hutan bisa membahayakan pendaki seperti yang terjadi di Gunung Lawu, Jawa Tengah beberapa tahun lalu dimana beberapa pendaki meninggal ketika terjadi kebakaran di sekitar jalur pendakian.



Kebakaran hutan atau sabana di gunung bisa terjadi karena kecerobohan pendaki seperti membuang puntung rokok sembarangan, tidak mematikan api unggun dengan sempurna atau kebakaran yang terjadi karena proses alam.

Kecelakaan yang dialami pendaki karena api bisa juga karena meledak atau terbakarnya peralatan masak yang dibawa.
Untuk lebih jelasnya bisa di klik di Dilarang Membakar Hutan.

Binatang Buas
Walaupun jarang terjadi, serangan binatang buas bisa saja terjadi kepada pendaki mengingat hutan adalah habitat berbagai macam binatang termasuk binatang buas. Cerita tentang pendaki yang diserang binatang buas di Indonesia memang tidak sebanyak di luar negeri, tapi ada. Serangan binatang buas terjadi karena mereka ingin merebut makanan, seperti yang biasa dilakukan monyet dan babi hutan, atau bisa juga karena memang ingin menyerang karena merasa keselamatannya terancam atau ingin mencari mangsa. Analisa para ahli kenapa binatang buas keluar dari tempat biasanya mereka tinggal karena menipisnya makanan mereka karena eksploitasi lahan dan perburuan oleh manusia.

Untuk mencegah terjadinya penyerangan binatang buas ketika melakukan pendakian bisa dilakukan dengan melakukan pendakian secara team agar bisa saling menjaga satu sama lain.

Cuaca Buruk
Kondisi alam tidak bisa ditebak, bisa jadi di bawah cuaca cerah, ketika sampai di atas gunung terjadi hujan badai. Ketika hujan badai banyak hal buruk bisa terjadi, terbatasnya jarak pandang, angin besar bahkan petir bisa mengenai pendaki atau hujan terus menerus yang bisa menyebabkan suhu ekstrim penyebab hipotermia. Kejadian beberapa pendaki yang meninggal karena tersambar petir di Gunung Prau, Jawa Tengah beberapa tahun lalu menjadi bukti bahwa mendaki gunung di musim penghujan tidak direkomendasikan.
Pilihlah waktu yang tepat ketika akan melakukan pendakian, jangan dipaksakan kalau cuaca sedang tidak bersahabat. 

Mistis
Hmmm.. Kalau membahas masalah mistis di gunung tiap orang kan berbeda tanggapannya, ada yang percaya ada yang tidak. Cerita mistis yang pernah dialami  bahkan merugikan pendaki sering di-share di soial media, masalah percaya atau tidak terserah pribadi masing-masing. Hanya saja perlu diingat bahwa pendaki ketika mengunjungi gunung dan hutan sifatnya hanya sementara, menjaga niat, bersikap sopan, menghormati alam dan budaya setempat bukanlah hal yang sulit.

Demikian 10 jenis kecelakaan yang sering dialami pendaki di gunung, penjelasannya bisa dibaca di halaman lain blog ini dan contoh kejadiannya bisa di search di google .
Jangan lupa untuk mempersiapkan semua sebaik mungkin dan tetap bersiap untuk kemungkinan terburuk.
Keep Safety.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar