Pentingnya Pendaki Mengetahui P3K

Kegiatan alam bebas adalah kegiatan yang berisiko, posisi kita di gunung atau hutan membuat kita tidak mudah mendapatkan perawatan kesehatan (jika terjadi hal-hal yang  tidak diinginkan) dibandingkan ketika kita berada di pemukiman. Kalau terjadi hal-hal yang membutuhkan penanganan medis segera (kita sendiri, teman perjalanan ataupun pendaki lain) siapa yang menangani? Kita sendiri pastinya.

Walaupun penanganan P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) bersifat sementara hal ini penting untuk pertolongan pertama agar tidak terjadi akibat yang lebih parah, lebih bagus lagi kalau pengetahuan kita tentang P3K bisa menyembuhkan korban.

Perlu digarisbawahi bahwa ada jenis pertolongan yang kita tidak boleh melakukannya dan harus dilakukan oleh medis karena butuh keahlian khusus, kecuali keadaan darurat yang membahayakan nyawa orang lain.

Seorang pendaki minimal harus memahami beberapa hal tentang P3K, antara lain

Menangani Shock
Setiap korban kecelakaan pasti mengalami shock, tandanya penderita terlihat lemas, pucat, nafas tidak teratur, linglung bahkan sampai kehilangan kesadaran. Sebelum penanganan kecelakaan lebih lanjut korban harus ditenangkan, dengan cara

1. Letakkan posisi korban senyaman mungkin. Jika korban dalam keadaan shock berat sampai tidak sadarkan diri, letakkan posisi kepala sejajar dengan tanah atau lebih rendah untuk memperlancar aliran darah ke otak dan jantung.
2. Longgarkan pakaian dan ikatan-ikatan yang ada di tubuh korban untuk memperlancar aliran darah.
3. Jika korban terluka, usahakan korban tidak melihat lukanya.
4. Beri minum, karena ketika orang mengalami shock dia akan merasa kehausan.

Korban Berhenti Bernafas
Ketika menemui korban yang berhenti bernafas, kita harus segera memberikan pertolongan, karena hal ini berhubungan dengan nyawa seseorang. Mengetahui cara memberikan nafas buatan juga hal penting dalam pengetahuan P3K.

1. Baringkan korban dengan kepala sejajar dengan tubuh.
2. Posisi dagu keatas, tarik rahang sampai mulut korban menganga.
3. Tempelkan mulut kita dengan mulut korban dengan rapat dan hembuskan nafas buatan dengan menutup hidung korban bisa dengan tangan atau pipi kita.
4. Hembuskan nafas buatan dengan teratur dan kuat.
5. Untuk korban dewasa hembusan kurang lebih 12 kali dalam 1 menit, untuk korban anak-anak kurang lebih 20 kali dalam 1 menit.

Menghentikan Pendarahan
Kecelakaan di gunung seringkali menyebabkan korban mengalami pendarahan, dari yang hanya lecet, pendarahan ringan sampai berat. 

Luka lecet dan pendarahan ringan bisa ditangani dengan membersihkan luka dan menutup luka dengan plester untuk menghentikan pendarahan, mencegah infeksi dan mencegah luka semakin membesar.

Untuk pendarahan besar

1. Bersihkan daerah sekitar luka, jangan di lukanya, karena pada dasarnya darah yang keluar akan membersihkan luka itu sendiri. Pembersihan bisa menggunakan air mineral atau alkohol.
2. Tutup luka dengan kain kasa steril.
3. Tekan kuat-kuat luka dan balut luka dengan perban agar pendarahan berhenti.

Jika tidak ada kasa steril atau perban, kita bisa menggunakan kain bersih untuk menutup luka jika pendarahan yang terjadi dirasa membahayakan korban. Pertimbangannya adalah bahwa misalkan kain yang digunakan dikhawatirkan akan menimbulkan infeksi, hal itu risiko yang lebih kecil dibandingkan jika korban harus meninggal karena kehabisan darah.

Patah Tulang
Ada yang berpendapat bahwa patah tulang bukan salah satu luka yang membutuhkan penanganan darurat, kecuali kalau tidak segera ditangani akan membahayakan nyawa korban, karena patah tulang hanya boleh ditangani oleh tenaga medis yang berpengalaman. Pendapat ini masuk akal juga sih, karena kalau patah tulang ditangani dengan sembarangan bisa menyebabkan akibat yang lebih buruk. Solusinya ya memanggil dan menunggu tim medis atau tim penyelamat yang berpengalaman di bidangnya. 

Lalu bagaimana jika butuh waktu lama untuk tim medis sampai pada korban padahal korban sangat membutuhkan pertolongan?

Hal yang perlu diperhatikan adalah pastikan kalau korban mengalami patah tulang atau tidak, karena patah tulang dibagi menjadi 2, patah tulang yang terlihat dari luar (dibeberapa kejadian sampai terlihat tulangnya) dan patah tulang yang tidak terlihat. Jika sudah pasti korban mengalami patah tulang

1. Jangan asal memindahkan korban karena bisa memperparah keadaan.
2. Jika terpaksa memindahkan korban jangan memperbaiki letak tulang. Pasang penyangga atau penopang dengan menggunakan 2 kayu atau lebih, diletakkan disekitar luka dan diikatkan di bagian tubuh yang tidak patah, fungsinya agar posisi tulang tidak berubah ketika proses pemindahan korban.
3. Hentikan pendarahan kalau ada.
4. Segera hubungi medis.

Penting untuk diingat bahwa pertolongan pertama pada kecelakaan ditujukan untuk menolong korban bukan memperparah keadaannya. Diperlukan pengetahuan dan latihan khusus untuk bisa melakukannya. Teknisnya sebenarnya banyak di share di Google atau Youtube, tapi untuk bisa melakukannya sebaiknya kita mengikuti pelatihan-pelatihan yang banyak diadakan oleh lembaga-lembaga yang berkompeten di bidang tersebut, seperti PMI, Basarnas dan sebagainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar