Bawa Turun Sampahmu

Pertengahan tahun 2017, seorang pendaki asal Perancis, Remi Colbalchini melakukan pendakian di 21 gunung di Indonesia. Hampir semua pendakian dia lakukan sendiri. Kok ngga takut tersesat ya? Ternyata dia punya trik agar tidak tersesat, mengikuti sampah. Ya memang banyak gunung di Indonesia terdapat sampah di jalur pendakiannya. Memalukan memang, tapi begitu kenyataannya.

Melihat banyak sampah di gunung adalah hal yang mengherankan. Banyak pendaki yang sanggup membawa naik makanan dan minuman tapi tidak sanggup membawa turun plastik kemasannya. Padahal berat dari kemasan pembungkus makanan dan minuman tidak sampai 10% dari berat makanan atau minuman yang dibawa naik. Contoh sederhananya air mineral kemasan 1500 ml, anggap saja beratnya 1,5 kg sanggup dibawa naik, tapi membawa botol kosong yang beratnya tidak sampai 150 gram saja tidak sanggup.

Mengherankan ya? Tapi begitulah faktanya, banyak gunung di Indonesia yang berserakan sampah. Lalu, kenapa sih kita harus membawa turun sampah kita sendiri?

Mengganggu Pemandangan
Motivasi orang untuk mendaki berbeda-beda, bisa karena olahraga, tempat pelarian, refreshing dan lain-lain. Intinya semua mencari tempat atau pemandangan alam menyegarkan yang tidak ditemukan sehari-hari. Bagaimana jadinya ketika kita ingin mendapatkan pemandangan indah dari alam tapi yang ditemukan malah sampah yang berserakan.

Mengundang Binatang
Sampah pembungkus makanan tentu saja meninggalkan bau, apalagi sampah makanan sisa. Kalau sampah makanan atau sampah kemasan pembungkus makanan dibuang sembarangan, tentu akan mengundang binatang untuk datang di sekitar jalur pendakian atau di camp ground. Bisa jadi awalnya binatang-binatang liar menemukan makanan di jalur pendakian atau camp ground tidak sengaja, tapi karena sering, akhirnya jadi tempat tujuan mereka untuk mencari makan.

Monyet-monyet di jalur pendakian Gunung Merbabu jalur Selo dan jalur pendakian Gunung Rinjani jadi bukti kalau sampah (dan kebiasaan pendaki memberi makan) menyebabkan mereka selalu datang ke jalur pendakian atau camp ground. Hal ini selain merusak ekosistem juga bisa merugikan pendaki, karena tidak jarang mereka mencuri bahkan menyerang untuk mendapatkan makanan. Selain monyet, babi hutan juga sering menyerang pendaki untuk mendapatkan makanan.

Botol Bisa Menyebabkan Kebakaran
Botol bisa menyebabkan kebakaran? Kok bisa? Sudah pernah dibahas disini Dilarang Membakar Hutan boleh dibaca.

Lalu apa yang membuat pendaki malas membawa sampah mereka sendiri?

Merasa Sudah Membayar 
Hampir tiap gunung di Indonesia menerapkan pembayaran atau restribusi tiap pendaki ketika masuk ke kawasan pendakian, di Indonesia lebih dikenal dengan nama Simaksi (Surat Ijin Masuk Kawasan Konservasi). Lembaga yang berwenang mengeluarkan Simaksi bisa dari Taman Nasional, BKSDA, Perhutani atau warga sekitar base camp pendakian, tergantung dari status gunungnya.
Karena sudah membayar sejumlah biaya ketika akan melakukan pendakian, ada pendaki yang merasa berhak untuk membuang sampah sembarangan, dengan anggapan uang yang mereka keluarkan sudah termasuk biaya kebersihan. Pendapat orang malas ini sih, bukannya menjaga kebersihan alam adalah tanggung jawab bersama?

Kotor dan Bikin Tas Penuh
Setelah lelah naik gunung pastinya pendaki ingin turun dengan kondisi bawaan yang ringan dan bersih. Kalau ngga mau kotor dan capek ya ngga usah naik gununglah, karena itu salah satu resikonya. 

Sebenarnya ada trik untuk membawa sampah dengan mudah dan tetap bersih. Masukkan semua sampah kita di dalam botol kosong lalu tutup. Sampah kita akan terlihat sedikit dan tidak mengotori tas kita. Untuk sampah organik seperti kulit buah, sisa makanan dan lainnya boleh kok dibuang di gunung, karena sampah organik mudah untuk terurai. 

Ngga susah kan membawa sampah sendiri? Jadi kalau ngga bisa membawa turun sampahmu lebih baik jangan naik gunung sekalian. Ya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar